Di rimba raya Nusantara, kicauan burung bukan sekadar simfoni alam. Beberapa di antaranya kini menjadi burung yang dilindungi di Indonesia karena kelangkaan populasinya. Meski saat ini ada 50 nama-nama burung Indonesia yang dilindungi, namun 9 jenis di antaranya termasuk endemik dan terancam punah.
Alasan kepunahannya sendiri bisa karena faktor deforestasi hutan, perdagangan gelap, serta degradasi habitat. Berdasarkan IUCN, berikut adalah daftar 9 burung yang dilindungi beserta gambarnya, agar kamu bisa mendapatkan deskripsi detail endemikĀ yang kini jumlahnya semakin menipis.
Burung yang Dilindungi di Indonesia
Dengan mengetahui burung apa saja yang memiliki status perlindungan, kamu bisa mencegah untuk melakukan perburuan terhadap jenis burung ini. Tiap spesies dalam daftar ini juga memiliki pesona tersendiri, baik dari sisi morfologi, habitat, maupun peran ekologisnya.
1. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Jalak Bali adalah ikon Pulau Bali dengan status konservasi kritis (IUCN Red List). Dengan bulu putih bersih, ujung sayap dan ekor hitam, serta kulit sekitar mata berwarna biru cerah, burung ini secara fisik memang terlihat memikat. Jalak Bali merupakan endemik di Bali, khususnya hutan-hutan di bagian barat pulau tersebut.
Keberadaan Jalak Bali kian menyusut akibat perburuan ilegal dan perdagangan satwa liar. Pada akhir 1990-an, populasi liarnya hanya mencapai kurang dari 10 ekor. Berkat penangkaran dan program pelepasliaran, jumlahnya kini mulai membaik, namun tetap berada dalam pengawasan ketat.
2. Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)
Burung ini memiliki julukan “burung dari surga” karena keindahan bulu dan tarian kawinnya yang eksotis. Cendrawasih merah jantan memiliki bulu hiasan memanjang berwarna merah dan kuning keemasan yang berfungsi menarik perhatian betina dalam ritual yang rumit dan memukau.Ā
Habitat aslinya terbatas di Pulau Waigeo dan Batanta, Papua Barat. Cendrawasih Merah terancam oleh hilangnya hutan tropis serta perburuan untuk keperluan dekoratif. Meski tidak segawat Jalak Bali, dengan populasi yang menunjukkan tren menurun dan berstatus hampir terancam, konservasi habitat Cendrawasih Merah menjadi prioritas utama saat ini.
3. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
Elang Jawa memiliki popularitas tinggi karena menjadi lambang negara, yaitu Garuda. Dengan jambul tegak dan pandangan tajam, ia merupakan predator puncak di rantai makanan. Burung ini hanya hidup di hutan-hutan pegunungan Jawa dan kini masuk status endangered (terancam punah).
Kerusakan hutan dan fragmentasi habitat menjadi ancaman utama, sebab elang ini memerlukan wilayah jelajah luas untuk berburu. Populasinya kurang dari 600 individu di alam liar, menjadikannya salah satu burung pemangsa paling langka di Asia Tenggara.
4. Trulek Jawa (Vanellus macropterus)
Trulek Jawa merupakan burung pantai yang sempat berstatus punah, hingga akhirnya muncul kembali pada dekade 2000-an. Dengan tubuh ramping, kepala hitam mengkilap, dan dada abu-abu, ia tampil menawan meski kerap luput dari perhatian.
Burung ini hidup di rawa-rawa dan lahan basah di pesisir utara Jawa. Perubahan penggunaan lahan menjadi tambak dan kawasan industri menyebabkan populasinya menurun drastis atau status kritis. Kini, konservasi habitat alami menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan keberadaannya.
5. Maleo (Macrocephalon maleo)
Maleo adalah burung endemik Sulawesi yang terkenal karena metode berkembang biaknya yang unik. Ia tidak mengerami telurnya, melainkan mengubur di pasir yang hangat akibat geotermal atau matahari, lalu meninggalkannya hingga menetas sendiri.
Sayangnya, telur yang besar dan bernilai tinggi sering menjadi jarahan manusia. Terlebih adanya degradasi habitat dan gangguan di lokasi bertelur, populasi Maleo di alam liar menurun secara signifikan atau kritis. Upaya konservasi kini lebih berfokus pada perlindungan situs peneluran dan edukasi masyarakat lokal.
6. Nuri Talaud (Eos histrio)
Selain 6 burung yang dilindungi di atas, ada juga Nuri Talaud. Nuri Talaud adalah burung kecil dengan warna merah mencolok dan paruh bengkok, khas burung paruh bengkok endemik dari Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.Ā
Suaranya nyaring dan perilakunya aktif menjadikannya incaran dalam perdagangan burung hias. Perdagangan ilegal dan hilangnya hutan primer menyebabkan populasinya anjlok.Ā
Kini hanya sedikit individu yang tersisa di alam liar atau berstatus terancam punah. Nuri Talaud menjadi lambang betapa cepat spesies bisa terancam punah jika tidak ada langkah perlindungan konkret.
7. Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Kakatua ini mudah kamu kenali lewat jambul kuning cerahnya yang bisa tegak seperti kipas. Paruhnya kuat dan dapatĀ difungsikan untuk memanjat atau memecah biji. Kakatua Jambul Kuning tersebar di Nusa Tenggara dan beberapa pulau kecil di Sulawesi.
Perdagangan satwa peliharaan menjadi momok utama spesies ini. Banyak perburuan secara ilegal untuk dijual sebagai hewan peliharaan karena kemampuannya meniru suara. Saat ini populasinya di beberapa pulau sudah sangat kritis, bahkan nyaris punah.
8. Rangkong Gading (Rhinoplax vigil)
Burung besar ini memiliki paruh melengkung dan helm padat berwarna gading di atas kepalanya, yang menjadi alasan utama perburuannya. Rangkong Gading memiliki julukan “burung badak” karena ukuran tubuhnya yang besar dan suara panggilannya yang menggema.
Helm rangkong ini bernilai tinggi di pasar gelap, berguna sebagai ukiran dan perhiasan. Burung yang dilindungi di Kalimantan ini juga memiliki habitat asli di hutan Sumatra.Ā
Sayangnya perusakan hutan tropis di sejumlah wilayah turut menekan populasinya dan masuk status terancam kritis. Kini, Rangkong Gading adalah simbol perlawanan terhadap perdagangan satwa ilegal di Indonesia.
9. Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius)
Kasuari merupakan burung besar tak bisa terbang yang masuk dalam burung yang dilindungi di Papua sebagai asal muasalnya. Ia memiliki dua gelambir di leher, tubuh besar berwarna gelap, dan mahkota keras di kepala.
Meski jarang terlihat, kasuari dianggap berbahaya karena mampu menyerang dengan kaki kuatnya jika merasa terancam. Pembukaan hutan untuk perkebunan dan perburuan membuat kasuari makin sulit ditemukan di alam liar.Ā
Masyarakat adat Papua memandang burung ini sebagai hewan sakral, namun tekanan dari luar menjadikan kasuari dalam ancaman serius di era modern.Ā
Saksikan Burung-Burung Langka Ini di Bali Bird Park
Bagi kamu yang ingin menyaksikan keelokan burung-burung langka secara langsung tanpa mengganggu habitat aslinya, Bali Bird Park adalah destinasi yang tepat.Ā
Taman burung ini merumahkan lebih dari 250 spesies burung, termasuk burung-burung dilindungi seperti Jalak Bali, Cendrawasih, hingga berbagai jenis kakatua dan elang. Endemik yang ada di taman burung Bali ini tak kalah lengkap dengan fauna yang ada di Monkey Forest Ubud.
Melalui tautan ini, kamu dapat merencanakan kunjungan dan menyaksikan sendiri betapa memesona satwa-satwa bersayap ini. Kamu bisa pesan tiket secara online dan mendapatkan harga tiket Bali Bird Park terbaik.
Dukung Program Fighting Extinction Bali Bird Park
Tak hanya sebagai tempat rekreasi edukatif, Bali Bird Park juga mengemban misi konservasi melalui program Fighting Extinction. Tak ada artinya menghafal 40 nama nama burung dan gambarnya tanpa langkah konkret yang berarti.Ā
Dengan menjadi member Fighting Extinction kamu bisa menyelamatkan burung dari jurang kepunahan lewat upaya penangkaran, pelepasliaran, edukasi masyarakat, hingga kerja sama lintas negara.
Untuk turut berpartisipasi, kamu bisa menjelajahi lebih lanjut lewat laman resminya. Setiap kunjungan atau donasi kamu akan memperbesar peluang hidup burung yang dilindungi di Indonesia ini agar tetap bisa menghiasi langit Nusantara.